Selasa, 2 Disember 2008

CINTA DAN PENGORBANAN



“Allah telah memilihku sebagai seorang khalil, sebagaimana Dia telah memilih Ibrahim sebagai seoarang khalil”… pesanan Nabi SAW telah hubungan cinta agung antara seorang Rasul bernama Muhammad dan juga Rasul yang terdahulu, Ibrahim, kepada Kekasih yang Maha Pengasih, Allah ‘Azza Wa Jalla.

Khalil bukan kekasih biasa. Khalil dengan cintanya yang disebut khullah, adalah cinta pada kesempurnaan Esa dan Cinta. Dalam cinta yang bernama Khullah itu tiada yang dua.

Cinta biasa adalah cinta antara al-habib dan al-mahbub, dengan cinta yang bernama al-hubb. Tetapi khullah antara khalil adalah cinta tinggi yang tidak boleh dikongsi. Kerana ini Nabi SAW telah bersabda,
“Kalaulah aku ingin mengambil dari kalangan manusia itu seorang khalil, nescaya akan kuambil Abu Bakar sebagai khalilku. Akan tetapi sahabatmu ini (yakni Rasulullah SAW) adalah khalil kepada Allah SWT”

Di sinilah titik besar pada cinta dan pengorbanan.
Terdahulu dari itu, Ibrahim ‘alayhi al-salaam juga diangkat sebagai khalil bagi Allah SWT. Namun cinta Ibrahim kepada Tuhannya semacam teruji dengan kehadiran seorang cahaya mata yang telah sekian lama ditunggu, Ismail. Setelah lanjut usia dan lama hidup tanpa zuriat, kehadiran Ismail, anaknya bersama si isteri, Hajar, telah meragut sedikit ruang hati yang sebelum ini tepu dengan cinta tinggi kepada Allah SWT.

Lalu Allah menguji.
Apakah kehadiran Ismail dalam hidup Ibrahim telah mengubah cintanya kepada Dia?
Ibrahim diuji… pada perintah menyembelih anaknya sendiri! Seorang bapa diperintahkan meletakkan senjata tajam di tengkuk anak yang selama ini dijaga penuh kasih, jauh dari duri dan bahaya kehidupan.

“Teruskan ayahanda, nescaya engkau akan dapati aku ini dari kalangan mereka yang sabar”, seru Ismail kepada ayahandanya. Seruan yang juga bukan calang-calangnya. Keyakinan yang datang juga dari cinta dan taat yang tinggi kepada-Nya.
Setelah jazam niat dan azam Ibrahim, terbuktilah cintanya kepada Allah tidak tergugat dengan kasihnya sebagai seorang ayah kepada si anak bernama Ismail. Perintah menyembelih Ismail, digantikan dengan binatang ternakan yang seterusnya menjadi sunnah amalan seluruh ummah selagi mentari masih menyinar, selama mana bulan bercahaya, hingga akhir zaman.

Itulah kesimpulan Abu al-’Izz dalam Syarah al-Aqidah al-Thahawiyyah, tentang cinta al-Hubb dan al-Khullah… bahawa pengorbanan, hanya bisa berlaku kesan cinta yang mendalam. Dan cinta hanya terbit dari iman yang hidup di dalam jiwa.
Memberi dan berkorban… adalah manifestasi cinta dan kasih. Tanpa kasih, memberi itu pahit, berkorban itu suatu penyeksaan.

BESARNYA NILAI CINTA

Kesanggupan al-Ansar untuk berkorban demi saudara mereka al-Muhajirin, dirakamkan oleh Allah SWT di dalam surah al-Hashr:
“Dan orang-orang (Ansar) yang mendiami negeri (Madinah) serta beriman sebelum mereka, mengasihi orang-orang yang berhijrah ke negeri mereka, dan tidak ada pula dalam hati mereka perasaan berhajatkan apa yang telah diberi kepada orang-orang yang berhijrah itu; dan mereka juga mengutamakan orang-orang yang berhijrah itu lebih daripada diri mereka sendiri, sekalipun mereka Dalam keadaan kekurangan dan amat berhajat. dan (ingatlah), sesiapa yang menjaga serta memelihara dirinya daripada dipengaruhi oleh tabiat bakhilnya, maka merekalah orang-orang yang berjaya” [Al-Hashr : 9]

Memberi dengan sepenuh hati, mengutamakan saudara lebih dari diri sendiri. Biar pun diri tidak sesenang mana, bak kata pepatah Melayu, hati kuman sama dicicah, hati gajah sama dilapah.

Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang sayang menyayangi. Masyarakat yang sudah menjadi kebiasaannya untuk memberi. Melebihkan saudara mengatasi diri sendiri, malah serendahnya pada berlapang dada.

Semuanya hasil cernaan aqidah yang ditarbiyah di sepanjang era Makkah. Aqidah yang membuang rasa tinggi di kalangan sesama abdi, sesama hamba yang sama di sisi yang Esa. Bukan aqidah hafalan, bukan aqidah ilmuan, tetapi aqidah yang menempa peribadi mencorak jiwa.

Jiwa hamba…
Iaitulah jiwa seorang mukmin yang sedar siapa dirinya di depan Dia. Yang sujud menghina diri, tinggi harap bergantung kepada-Nya. Jiwa hamba yang membunuh mazmumah kelakuan dan kata, kerana kebesaran hanya layak menjadi pakaian Dia.
Kerana melatanya jiwa kehambaan, mereka berjaya dipersaudarakan. Dan di atas binaan ukhwwah itulah tertegaknya Syariat Allah.

DI HENING ZAMAN
Mampukah kebangkitan Islam di hening zaman ini ditampung beban dan cabarannya, jika tiada terbina perasaan kasih sayang bagai Muhajirin dan Ansar?
Mampukah lahir perasaan kasih sayang itu di hening zaman ini, jika bangkit semangat Islam hanya dengan ilmu pengetahuan, tanpa terbit jiwa kehambaan?
Ya Allah… hancurkanlah perasaan DIRI di dalam diri ini, agar terbening kerdil diri, terserlah agung-Mu sebagai Ilah… Ameen…
ABU SAIF @ www.saifulislam.com

Sabtu, 15 November 2008

Kisah Ghulam



Pengorbanan seorang budak demi Risalah, dan realiti kisah ini dengan kita

Dari Shuhaib Ar-Rumi radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang raja pada zaman sebelum kalian. Ia memiliki seorang tukang sihir.
Ketika tukang sihir itu telah tua, ia berkata kepada sang raja, ‘Sesungguhnya usiaku telah tua dan ajalku telah dekat. Karena itu, utuslah kepadaku seorang anak muda agar aku ajari sihir’.
Maka diutuslah seorang pemuda yang kemudian ia ajari sihir. Dan jalan antara raja dengan tukang sihir itu terdapat seorang rahib. Pemuda itu mendatangi sang rahib dan mendengarkan pembicaraannya. Sang pemuda begitu kagum kepada rahib dan pembicaraannya.
Begitu ia sampai kepada tukang sihir karena terlambat serta merta ia dipukulnya seraya ditanya, ‘Apa yang menghalangimu?’
Dan bila sampai di rumahnya, keluarganya memukulnya seraya bertanya, ‘Apa yang menghalangimu (sehingga terlambat pulang)?’
Lalu, ia pun mengadukan halnya kepada sang rahib. Rahib berkata, ‘Jika tukang sihir ingin memukulmu katakanlah, aku terlambat karena keluargaku. Dan jika keluargamu hendak memukulmu maka katakanlah, aku terlambat karena (belajar dengan) tukang sihir’.
Suatu kali, ia menyaksikan binatang besar dan menakutkan yang menghalangi jalan manusia, sehingga mereka tidak bisa menyeberang. Maka sang pemuda berkata, ‘Saat ini aku akan mengetahui, apakah perintah ahli sihir lebih dicintai Allah ataukah perintah rahib. Setelah itu ia mengambil batu seraya berkata, ‘Ya Allah, jika perintah rahib lebih engkau cintai dan ridhai daripada perintah tukang sihir maka bunuhlah binatang ini, sehingga manusia bisa menyeberang’. Lalu ia melemparnya, dan binatang itu pun terbunuh kemudian ia pergi. Maka ia beritahukan halnya kepada rahib. Lalu sang rahib berkata, ‘Wahai anakku, kini engkau telah menjadi lebih utama dari diriku. Kelak, engkau akan diuji. Jika engkau diuji maka jangan tunjukkan diriku.
Selanjutnya, pemuda itu bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan segala jenis penyakit. Allah menyembuhkan mereka melalui kedua tangannya. Alkisah, ada pejabat raja yang tiba-tiba buta. Ia mendengar tentang pemuda itu. Maka ia membawa hadiah yang banyak kepadanya seraya berkata, ‘Sembuhkanlah aku, dan engkau boleh memiliki semua ini! Pemuda itu menjawab, ‘Aku tidak bisa menyembuhkan seseorang. Yang bisa menyembuhkan adalah Allah Azza wa Jalla. Jika Anda beriman kepada Allah dan berdo’a kepadaNya, niscaya Ia akan menyembuhkanmu. Ia lalu beriman dan berdo’a kepada Allah dan sembuh.
Kemudian ia datang kepada raja dan duduk di sisinya seperti sedia kala. Sang raja bertanya, ‘Wahai fulan, siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?’ Ia menjawab, ‘Tuhanku’. Raja berkata, ‘Saya?’ ‘Tidak, tetapi Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah’, tegasnya. Raja bertanya, ‘Apakah kamu memiliki Tuhan selain diriku?’ Ia menjawab, ‘Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah’. Demikianlah, sehingga ia terus-menerus disiksa sampai ia menunjukkan kepada sang pemuda. Pemuda itu pun didatangkan. Sang raja berkata, ‘Wahai anakku, sihirmu telah sampai pada tingkat kamu bisa menyembuhkan orang buta, sopak dan berbagai penyakit lainnya’. Sang pemuda menangkis, ‘Aku tidak mampu menyembuhkan seorang pun. Yang menyembuhkan hanyalah Allah Azza wa Jalla. Raja berkata, ‘Aku?’ ‘Tidak!’, kata pemuda. ‘Apakah kamu punya Tuhan selain diriku?’ Ia menjawab, ‘Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah’.
Lalu ia pun terus disiksa sehingga ia menunjukkan kepada rahib. Maka rahib itu pun didatangkan. Sang raja berkata, ‘Kembalilah kepada agamamu semula!’ Ia menolak. Lalu di tengah-tengah kepalanya diletakkan gergaji dan ia dibelah menjadi dua. Kepada pejabat raja yang (dulunya) buta juga dikatakan, ‘Kembalilah kepada agamamu semula!’ Ia menolak. Lalu di tengah-tengah kepalanya diletakkan gergaji dan ia dibelah menjadi dua. Kepada sang pemuda juga dikatakan, ‘Kembalilah kepada agamamu semula!’ Ia menolak.
Lalu bersama beberapa orang ia dikirim ke gu-nung ini dan itu. (Sebelumnya) sang raja berpetuah, ‘Ketika kalian telah sampai pada puncak gunung maka bila ia kembali kepada agamanya (biarkanlah dia). Jika tidak, maka lemparkanlah dia! Mereka pun berangkat. Ketika sampai di ketinggian gunung, sang pemuda berdo’a, ‘Ya Allah, jagalah diriku dari mereka, sesuai dengan kehendakMu. Tiba-tiba gunung itu mengguncang mereka, sehingga se-muanya tergelincir. Lalu sang pemuda datang mencari sampai bisa bertemu raja kembali. Raja bertanya, ‘Apa yang terjadi dengan kawan-kawanmu?’ Ia menjawab, ‘Allah menjagaku dari mereka’.
Kembali ia dikirim bersama beberapa orang dalam sebuah perahu kecil. Raja berkata, ‘Jika kalian berada di tengah lautan (maka biarkanlah ia) jika kembali kepada agamanya semula. Jika tidak, lemparkanlah dia ke laut yang luas dan dalam’. Sang pemuda berdo’a, ‘Ya Allah, jagalah aku dari mereka, sesuai dengan kehendak-Mu’. Akhirnya mereka semua tenggelam dan sang pemuda datang lagi kepada raja.
Sang raja bertanya, ‘Apa yang terjadi dengan kawan-kawanmu?’
Ia menjawab, ‘Allah menjagaku dari mereka’.
Lalu sang pemuda berkata, ‘Wahai raja, kamu tidak akan bisa membunuhku sehingga engkau melakukan apa yang kuperintahkan. Jika engkau melakukan apa yang aku perintahkan maka engkau akan bisa membunuhku. Jika tidak, engkau tak akan bisa membunuhku’.
Raja penasaran, ‘Perintah apa?’
Sang pemuda menjawab, ‘Kumpulkanlah orang-orang di satu padang yang luas, lalu saliblah aku di batang pohon. Setelah itu ambillah anak panah dari wadah panahku, lalu ucapkan, ‘Bismillahi rabbil ghulam (dengan nama Allah, Tuhan sang pemuda).
Maka (raja memanahnya) dan anak panah itu tepat mengenai pelipisnya. Pemuda itu meletakkan tangannya di bagian yang kena panah lalu meninggal dunia. Maka orang-orang berkata, ‘Kami beriman kepada Tuhan sang pemuda. Kami beriman kepada Tuhan sang pemuda. Lalu dikatakan kepada raja, ‘Tahukah Anda, sesuatu yang selama ini Anda takut-kan? Kini sesuatu itu telah tiba, semua orang telah beriman.
Lalu ia memerintahkan membuat parit-parit di beberapa persimpangan jalan, kemudian dinyalakan api di dalamnya. Dan raja pun bertitah, ‘Siapa yang kembali kepada agama-nya semula, maka biarkanlah dia. Jika tidak, maka lemparkanlah dia ke dalamnya’. Maka orang-orang pun menolaknya sehingga mereka bergantian dilemparkan ke dalamnya. Hingga tibalah giliran seorang wanita bersama bayi yang sedang disusuinya. Sepertinya, ibu itu enggan untuk terjun ke dalam api. Tiba-tiba sang bayi berkata, ‘Bersabarlah wahai ibuku, sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran’.”
(HR. Ahmad dalam Al-Musnad, 6/16-18, Muslim dan An-Nasa’i dari hadits Hammad bin Salamah.
Dan An-Nasa’i serta Hammad bin Zaid menambahkan, yang keduanya dari Tsabit. Dan At-Tirmidzi meriwayatkan dari jalan Abdurrazak dari Ma’mar dari Tsabit dengan sanad darinya.
Ibnu Ishaq memasukkannya dalam Sirah dan disebutkan bahwa nama pemuda itu adalah Abdullah bin At-Tamir).

Rabu, 12 November 2008

Kunci Kehidupan

Analogi Kunci Kepada Kehidupan
www.iLuvislam.com
oleh : ibnulatef







Dalam kehidupan ada pasang-surutnya, ada masa kita dikurniakan nikmat dan adakalanya kita ditimpa musibah atau ujian. Manusia yang hidup didunia ini tidak akan seorang pun akan lepas dari ujian. Kadangkala kita terlupa apakah tujuan sebenarnya ujian-ujian yang menimpa ke atas kita. Sesungguhnya Allah tidak mencipta sesuatu dengan sia-sia. Dengan kata lain, ada hikmahnya.

Apa yang ingin disentuh ialah salah satu cara untuk mengawal diri dari terbabas ketika menerima ujian atau musibah. Terutamanya untuk pelajar-pelajar yang mendapati kesukaran dalam pelajaran. Seperti pepatah yang mengatakan 'Langkah yang seribu, tidak akan bermula melainkan dengan langkah pertama.

Dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi, kita boleh lihat analogi kunci. Kita diibaratkan seperti seorang yang ingin membuka sebuah pintu. Kita diberi satu gugusan kunci yang banyak. Katakanlah satu gugusan kunci mengandungi 1000 kunci. Pintu yang dikunci boleh diibaratkan dengan masalah yang hadapi. Jadi untuk membuka pintu tersebut mahu tak mahu, kita perlu mencuba satu per satu kunci dalam gugusan tersebut.

Masaalahnya disini sejauh manakah kita mampu untuk membuka tersebut tersebut sedangkan kita mempunyai segugus kunci yang mempunyai 1000 kunci? Hanya dengan keyakinan? doa? tawakkal?. Bahkan kita perlukan usaha untuk membukanya.

Keyakinan bahawa pintu tersebut akan terbuka akhirnya jika kita cuba membuka satu per satu perlu ada. Disamping itu, keyakinan bahawa Allah hanya akan melihat kepada usaha lebih dari keputusan juga perlu ditanamkan dalam hati. Usaha yang berterusan juga perlu. Tidak mudah putus asa. Tidak futur dalam perjuangan.

Kembali kembali kepada analogi tadi. Kita akan merasai susah jika kita cuba membuka pintu tersebut dengan kunci yang pertama. Tetapi perlulah diingat, semakin lama kita mencuba, insyaALLAH, semakin tinggi kebarangkalian untuk pintu itu dibuka. Manakan sama kebarangkalian untuk pintu itu dibuka apabila kunci yang pertama dibuka (1/1000), berbanding dengan kunci yang terakhir dibuka (999/1000).

Maka, ingatlah, setiap ujian dan kesusahan, jika kita mencuba secara berterusan, insyaALLAH, perkara yang kita hadapi akan menjadi lebih mudah.

Setulus Doa Segunung Harapan



Assalamualaikum sahabat-sahabat…Kelmarin (11 November 2008) ber mulanya peperiksaan Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) yang mana dihadapi oleh adik-adik Tingkatan 5. Kami, abang-abang dan kakak-kakak ALUMNI Al-Azhari ingin mengucapkan selamat menghadapi peperiksaan SPM dengan jayanya. Jawab exam molek-molek..Solat hajat dan pohonlah restu daripada ayah dan bonda terciinta serta guru-guru yang telah banyak menyumbangkan jasa kepada adik-adik....
Pesanan Abang & kakak, jagalah kesihatan ketika minggu Exam..terutamanya makanan.Makanlah makanan yang berkhasiat dan boleh memberikan tenaga dan kecergasan kepada adik-adik.Kurangkan makan makanan yang tidak menyumbangkan energy seperti meggi…
Tidak lupa juga kepada adik Tingkatan 2, 4 dan 6 yang telah selamat menduduki peperiksaan penting iaitu PMRU, SMU & STAM..Kami harap apa yang adik-adik jawab dalam Exam baru-baru ni akan membuahkan kejayaan yang gemilang nanti..Moga Azhariah akan terus cemerlang di dunia dan di akhirat..Amin.

Jumaat, 24 Oktober 2008

Ahlan Wasahlan Sahabat-sahabat Azhariah



Assalamu'alaikum wbt..

Syukur pada Ilahi kerana dengan izin-Nya ana dapat menyiapkan satu blog khas untuk Alumni Azhariah..Moga dengan terbinanya blog yang tidak seberapa ini akan mengingatkan memori-memori di Azhariah yang mungkin tidak akan dapat kita lupakan buat selama-lamanya..

Salam Ukhuwwah Daripada,
Presiden Alumni SMU(A)Azhariah(Al-Azhari)